“Pagar Batu Terbengkalai” BPCB Aceh Putuskan Kerjasama Sejak Adanya Gajebo Milik Disbudpar Samosir.

deliksumut.com | Samosir,- Huta Pagar Batu merupakan salah satu perkampungan nenek moyang marga Situmorang yang terletak di Kenegerian Lontung tepatnya Desa Pardomuan, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir.

Untuk diketahui, Huta Pagar Batu telah ditetapkan sebagai Situs Cagar Budaya Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Samosir nomor 11 tahun 2022. “Tentang Penetapan Lokasi Pagar Batu Desa Pardomuan Kecamatan Simanindo Sebagai Situs Cagar Budaya.”

Namun Kondisi warisan budaya tersebut, sangat memprihatinkan dan tidak sedap dipandang mata. Hal itu diketahui awak media deliksumut.com saat mengunjungi lokasi (25/09/2025) untuk meliput Potensi Situs Cagar Budaya Pagar Batu Dalam upaya mengenalkan serta mempromosikan kepada masyarakat dan wisatawan melalui pemberitaan.

Amatan dilokasi, Batu batu bersejarah tampak berlumut, disekitarnya ditumbuhi rumput dan tanaman liar seperti tidak ada perawatan dan pemeliharaan. yang mana semestinya warisan budaya harus dilestarikan supaya tidak hilang keberadaannya.

Menurut Martahi Sidabutar, Kepala Seksi Pemerintahan Desa Pardomuan yang memandu awak media menelusuri kawasan huta pagar batu. Dahulu Pagar Batu sering dikunjungi wisatawan. Pihak pengelola pernah menjalin kontrak kerjasama dengan Balai Pelestarian Cagar Budaya Aceh untuk Pelestariannya.

“Dahulu tempat ini memang kami lihat dan kami saksikan, sering dikunjungi wisatawan, kebanyakan tamu mancanegara. Karena tempat ini sangat bersih dan rapi. dahulunya pihak dari pagar batu ada mengikat kerja sama yang baik kepada cagar budaya yang datang dari Aceh. dan kami sangat berterima kasih atas kerjasama tersebut.” Terang Martahi.

Martahi menerangkan, Pada saat itu, Pihak Balai Pelestarian Cagar Budaya Aceh menyarankan untuk pengelolaan dan pembangunan supaya menggunakan bahan material asli atau material yang serupa dan otentik dengan bahan yang digunakan pada bangunan cagar budaya asli, untuk menjaga keaslian dan nilai sejarah situs tersebut.

Sayangnya sejak ada pembangunan
sebuah Gajebo dengan bahan material modern yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Samosir pada tahun 2023. pihak Balai Pelestarian Cagar Budaya Aceh memutuskan kontrak kerjasama.

Akan tetapi, Lanjut Martahi, pada tahun 2023 ada pembangunan yang datang dari pariwisata kabupaten Samosir mengadakan pembangunan sebuah Gajebo yang memakai material material modern.

Martahi menduga, Cagar Budaya Aceh memutuskan kontrak kerjasama dikarenakan adanya pembangunan yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Samosir.

“Dan kami tidak tahu, mungkin atas pembangunan inilah sebab akibat cagar budaya aceh menjadikan ini sebab akibatnya memutus kontrak kerja sama kepada kami.” Ungkapnya.

Satu paket dengan Gajebo, Dinas Pariwisata Kabupaten Samosir juga membangun sebuah Toilet dikawasan tersebut, Namun sejak dibangun toilet tidak pernah digunakan karena akses air jaraknya jauh dari Pamsimas yang ada didesa Pardomuan.

“Harapan kami, Apabila pariwisata di pagar batu ini bisa berjalan baik maka kamar mandi ini bisa difungsikan dengan baik.” Harap Martahi Sidabutar yang juga sebagai bere (keponakan) dari marga Situmorang pemilik Huta Pagar Batu.

Potensi Daya Tarik Wisata Yang Ada di Situs Cagar Budaya Pagar Batu.

Potensi Situs Cagar Budaya Pagar Batu yang bisa ditawarkan kepada Wisatawan Terdapat Batu Batu Bersejarah Seperti, Batu Parholian, Lesung Batu Silima mata, lesung batu satu lubang, patung persembahan dan batu maratte. Batu batu tersebut mempunyai cerita dan makna berbeda beda.

Liang Marlakkop salah satu Goa yang dianggap sakral peninggalan Raja Lontung, goa Sepanjang 7 Kilo Meter tembus ke Desa Tanjungan.

Huta Pagar Batu juga memiliki Pantai yang indah dan cocok dijadikan untuk tempat rekreasi dan tempat memancing, disekitaran pantai terdapat lapisan batu yang tersusun dengan rapi. Keunikan ini menjadikannya salah satu daya tarik wisata yang memikat, terutama bagi pecinta fotografi dan pencinta alam.

Selain itu, Kawasan Huta Pagar Batu yang juga merupakan daerah hutan diperkirakan memiliki luas kurang lebih 3 Ha, terdapat pepohonan seperti tanaman kemiri, pinang, kelapa, Aren dan lain Sebagainya.

Salah satu Potensi tanaman yang dimanfaatkan masyarakat untuk meningkatkan perekonomian adalah pohon Aren, di kawasan pagar batu sendiri terdapat kurang lebih 1000 tanaman pohon aren. Selain diproduksi menjadi minuman Tuak, masyarakat yang tinggal disekitar mulai mengolah Nira menjadi Gula Merah.

“Kalau saya penyadap, cukup lumayan setiap harinya bisa mencapai 50 liter perharinya untuk pembuatan gula merah, tapi kalau untuk tuak sesuai dengan permintaan pelanggan. Kami juga punya rencana, supaya dari tempat ini juga bisa dipasarkan gula merah atau di ekspor keluar, begitulah perencanaan kami.” Tutur salah seorang penyadap aren bermarga Sidabutar.

Untuk binaan pengolahan Aren menjadi gula merah, Martahi Sidabutar mengaku belum berkomunikasi dengan Dinas terkait, Namun Ia berharap Nantinya Produksi Gula Aren dapat menjadi salah satu produk UMKM dikabupaten samosir.

“Untuk konfirmasi ke Dinas terkait, kami belum ada melakukan komunikasi, dikarenakan proses kami untuk membuat gula merah ini masih pemula dan kami masih belajar, mudah mudahan gula merah yang kami hasilkan nantinya bisa menjadi gula aren terbaik dan bisa nantinya menjadi produk UMKM dikabupaten samosir.” Harap Martahi.
(Samsir Sitanggang)

Exit mobile version