deliksumut.com | Samosir- Kondisi memprihatinkan dirasakan petugas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (Damkar) Kabupaten Samosir yang bertugas di Pos Damkar kota Pangururan. Ditengah tuntutan harus bisa menyelesaikan berbagai macam tugas berat, Namun Para personil tidak didukung dengan fasilitas pos atau markas yang memadai.
Padahal, Pos Damkar memiliki peran penting dalam memberikan respon cepat dan efektif dalam menangani musibah kebakaran.
Sesuai dengan motto yakni “Pantang Pulang Sebelum Api Padam”, motto tersebut selama ini terus membakar semangat para petugas pemadam kebakaran dalam memadamkan amukan api.
Tentunya dengan tugas yang berat, ditambah dengan risiko yang sangat besar yang diembanya, sudah seharusnya pemadam kebakaran diberi fasilitas yang memadai.
Amatan wartawan deliksumut.com, Selasa (27/05/2025) Pos Damkar Pangururan yang digunakan adalah Bangunan Open stage yang berada di pusat kota Pangururan.
Dibagian dalam ruangan terlihat rusak dan kumuh, dan disisi tengah bangunan tampak sudah tidak beratap.
Selain itu diruangan istirahat para personil terlihat kasur busa yang kondisinya tak layak untuk dipakai.
“Kalau hujan, kami personil selalu repot karena ruangan banjir karena atapnya sudah bolong.” Cerita Parman, salah seorang petugas honorer yang berjaga di Pos bersama rekannya marga Sinaga. sementara Personil lainnya sedang bertugas dilapangan.
Selain itu, ruangan tempat beristirahat untuk para personil yang bertugas 1×24 jam, terlihat kasur busa yang tidak layak pakai, bahkan untuk ruangan, para personil memperbaiki dengan biaya sendiri.
“Ada ruangan yang tidak terpakai diperbaiki teman teman untuk kamar dengan biaya sendiri.” Ujarnya.
Selain fasilitas Pos yang tidak memadai, Parman juga mengeluhkan, dilahan kosong disamping pos dijadikan tempat pembuangan sampah oleh beberapa warga, akibatnya bila musim hujan tumpukan sampah menimbulkan aroma bau yang tidak sedap.
“Sudah berapa kali kami melarang, warga yang membuang sampah kesini, kadang mereka datang menggunakan Becak, sialnya lagi ada juga yang membuang bangkai hewan, jadi aromanya tidak sedap, beruntung ini masih musim kemarau, kalau musim hujan baunya tidak tertahan.” Ungkapnya
“Hanya sekalilah kami pernah gotong royong dengan kecamatan untuk membersihkan sampah, selain itu hanya kami yang membersihkan. Tambahnya.
Saat ditanya, bila dibandingkan dengan Pos Damkar dikecamatan lain. Menurut Parman, Pos Damkar Pangururan adalah Pos dengan kondisi terburuk bila dibandingkan dengan pos Damkar lain yang ada dikabupaten Samosir.
Meskipun dengan kondisi Fasilitas yang tidak memadai dan pernah mendapat hujatan dari masyarakat, saat ada musibah kebakaran terlambat datang, tetapi para personil Damkar tetap semangat untuk melakukan tugasnya, walaupun Parman dan Sinaga masih menjadi Tenaga Honorer yang menerima gaji sebesar Rp 1.500ribu perbulan, ditambah dengan uang puding Rp.30ribu per hari.
“Kalau gaji kami perbulan satu juta lima ratus ribu, ditambah uang puding tiga puluh ribu perhari, itupun dipotong kalau terlambat datang dan tidak mengikuti apel.” kata Sinaga.(Sam86).